Salah satu agenda liburan saya dan teman-teman ke Yogyakarta kali ini adalah mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya, dan salah satunya adalah Pantai Timang. Mungkin kamu juga sudah pernah mendengar atau melihat liputan tentang pantai indah yang ada di kecamatan Tepus, dan merupakan salah satu dari rangkaian pantai yang ada di sepanjang garis pantai Gunungkidul. Waktu tempuh dari kota Jogja ke pantai ini juga tidak sebentar, sekitar hampir 3 jam perjalanan.
Saat terakhir ke Jogja saya sempat menyusuri beberapa pantai di kawasan Gunungkidul, waktu itu mengambil jalur melewati Parangtritis. Kali ini kami mengambil jalur berbeda, supaya munculnya langsung di jalanan sekitar Pantai Timang ini. Dengan bantuan Google Map, kami berenam menyusuri jalanan yang berkelok-kelok dan naik turun menembus daerah Gunungkidul. Kami sengaja pergi pagi hari dari Jogja, mengingat akhir minggu dan kemungkinan akan antre naik gondolanya.
Sesampai di kawasan dekat Pantai Timang, petunjuk di Google Map mengatakan bahwa kami harus belok ke kanan memasukin sebuah jalan kecil bergapura, seperti masuk ke sebuah kompleks perumahan. Jalan masuknya pun tidak aspal, tapi merupakan jalan semenan dan di bagian lain masih jalanan berbatu-batu. Rumah-rumah di kiri-kanan juga sepi, tidak terlihat penghuninya. Akhirnya tidak berapa lama kami bertemu dengan seorang ibu yang sepertinya habis dari ladang dan menanyakan jalan, syukurlah ternyata memang benar jalan kecil berbatu ini menuju ke pantai tersebut.
Keraguan memang muncul, karena kalau dibandingkan dengan pantai-pantai lain yang pernah saya kunjungi itu biasanya berjalan aspal mulus dan setidaknya jalur dua arah. Ternyata semakin kedalam jalanan tidak semakin bagus, dan sebelum dua kilometer terakhir akan ada pos ojek. Salah satu dari tukang ojek tersebut menawari kepada kami untuk pakai jasa ojek saja, karena jalanan tidak bagus. Kami juga melihat ada 2 mobil yang parkir tidak jauh dari situ, sepertinya mereka memilih jasa naik ojek. Karena kami berenam dengan bawaan barang yang cukup banyak, akhirnya kami memutuskan ‘nekat’ saja… lanjut dengan mobil kami yang kebetulan bukan sedan.
Kalau dengar atau baca cerita tentang Pantai Timang memang sebagian besar membahas hanya keseruan dan ketegangan naik gondolanya saja. Tapi di artikel ini saya juga mau menjelaskan kalau jalanan menuju ke bibir tebing di pantai ini pun juga cukup ‘menantang’. Terus terang kami menempuh perjalanan dua kilometer terakhir ini dengan doa! Hehehe… boleh dibilang memang parah, jalanan batu dengan tanjakan dan turunan yang tajam di beberapa tempat. Belum lagi ada jalanan yang masih tanah, dan kalau becek atau hujan bisa bikin ban mobil selip. Sereemmm! Hahaha…
Tips:
Lebih baik memilih untuk naik ojek saja – Rp. 30.000 per ojek untuk pergi-pulang (tarif Januari 2016), jika…
* Membawa mobil sedan atau kondisi ban mobil tidak prima
* Cuaca hujan / berpotensi akan hujan
* Tidak biasa menyetir di jalanan berbatu dangan tanjakan dan turunan tajam
Nah, setelah melewati ‘tantangan’ jalanan menuju pantainya, akhirnya kami sampai juga di lokasi. Indah? Pastinya! Saya dan teman-teman langsung sibuk foto dan merekam keindahan pantai yang ada di bawah dan tebing-tebing di sekitarnya. Walau ada bagian pantai yang berpasir, tapi kami tidak melihat satu orang pun bermain di pantainya. Mungkin karena memang tujuan utama datang kesini adalah untuk naik gondolanya! Tapi sebelum naik gondola, ada beberapa spot menarik dimana kita bisa berfoto. Diantaranya adalah semacam altar atau panggung kecil dari kayu menjorok sedikit ke arah laut yang dibuat oleh penduduk setempat. Untuk berfoto di atas situ kita cukup membayar Rp. 5.000 saja per orang.
Menu Utama: Gondola!
Yup! Jauh-jauh menuju kesini tentu tujuan utamanya adalah naik gondolanya yang tersohor! Tapi jangan kaget ya, begitu lihat kondisi gondolanya yang terbuat dari kayu, dan ditarik menyeberang ke Pulau Timang, pulau karang di seberang tebing pantai ini, melintasi pantai dengan deburan ombak yang kadang bisa membesar dan keras… bisa menimbulkan keraguan, naik apa ngga ya?! Tapi saya dan teman-teman 100% yakin harus menyeberang dan merasakan ketegangannya!
Ternyata walau kelihatannya ‘hardcore‘ alias cadas banget! 🙂 Naik gondola di Pantai Timang tidak semenakutkan bentuknya yang merupakan sebuah kotak kayu yang digantung dengan tambang nylon dan ditarik sekitar 5-6 orang. Sesampainya di Pulau Timang yang merupakan pulau karang ini kami berjalan keliling mencari spot-spot yang seru untuk berfoto. Di pulau ini ada sebuah tangga yang bisa dipakai untuk turun ke tebing pantainya. Dari hasil ngobrol-ngobrol dengan Pak Sugi, kami baru tahu kenapa gondola ini dibuat menghubungkan bibir tebing di Pantai Timang ke pulau kecil ini.
Menurut pak Sugi, almarhum ayahnya – Pak Sartorjo adalah yang merupakan arsitek pembangunan gondola, yang idenya meniru dari kereta gantung di Taman Mini Indonesia Indah. Dibangun sejak tahun 1997, tujuan utamanya adalah untuk panen lobster yang banyak ditemui di dasar pulau karang ini. Jadi memang dari awal hingga kini, tujuan utama pembuatan gondola ini bukanlah sebagai objek wisata, tapi untuk kepentingan para penduduk di sekitarnya untuk mengambil hasil laut seperti kerang dan lobster untuk konsumsi sendiri dan dijual.
Setelah merasakan pengalaman yang luar biasa naik gondola di Pantai Timang, kamu juga bisa mencicipi lobster lezat hasil tangkapan di pantai ini. Harga per kilonya Rp. 350.000 dan bisa langsung dimasak di salah satu rumah penduduk, disajikan dengan nasi, tahu goreng dan lalapan. Yumm!
Wisata ke Yogyakarta memang belum lengkap kalau belum mengunjungi pantai-pantainya yang indah di kawasan Gunungkidul ini, termasuk Pantai Timang yang penuh tantangan untuk mencapainya, namun akan meninggalkan kenangan yang tak terlupakan! Selamat mencoba naik gondola di Pantai Timang!
seru juga ya, naek gondola di atas laut. tapi kelihatannnya keamanan dan keselamatannnya kurang menjamin mengingat gondolanya di buat pake kayu.